Briket kelapa semakin diminati sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan ekonomis. Dibandingkan dengan arang kayu atau batu bara, briket kelapa memiliki keunggulan berupa daya tahan panas yang lebih lama, minim asap, serta residu abu yang lebih sedikit. Untuk mendapatkan briket yang berkualitas tinggi, pemilihan bahan baku menjadi faktor utama yang harus diperhatikan. Bahan yang digunakan harus memiliki karakteristik tertentu agar hasil akhir memiliki efisiensi pembakaran yang maksimal.
Bahan baku utama dalam pembuatan briket kelapa adalah tempurung kelapa. Tempurung ini harus berasal dari kelapa tua karena memiliki kandungan karbon yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelapa muda. Semakin tua kelapa, semakin keras tempurungnya, sehingga menghasilkan arang yang lebih padat dan berkualitas.
Proses pembakaran tempurung kelapa dilakukan dengan teknik pirolisis, yaitu pembakaran tanpa oksigen atau dengan oksigen terbatas. Teknik ini memastikan tempurung berubah menjadi arang tanpa kehilangan kandungan karbon yang diperlukan untuk pembakaran yang efisien. Arang yang dihasilkan kemudian dihaluskan menjadi bubuk sebelum dicampur dengan bahan lainnya untuk membentuk coconut shell charcoal briquette yang berkualitas.
Agar bubuk arang bisa dicetak menjadi briket yang padat dan tidak mudah hancur, diperlukan bahan perekat. Perekat yang paling umum digunakan adalah tepung tapioka karena sifatnya yang alami dan aman digunakan.
Beberapa alasan mengapa tepung tapioka digunakan dalam pembuatan briket kelapa:
Perekat ini dicampur dengan air sebelum dikombinasikan dengan bubuk arang untuk menghasilkan adonan yang bisa dicetak.
Selain arang tempurung kelapa dan tepung tapioka, air juga berperan penting dalam proses pembuatan briket. Air digunakan untuk membantu pencampuran semua bahan sehingga adonan lebih mudah dicetak.
Jumlah air yang digunakan harus tepat karena jika terlalu banyak, briket akan membutuhkan waktu lama untuk dikeringkan dan bisa menjadi rapuh. Sebaliknya, jika terlalu sedikit, adonan akan sulit menyatu, menyebabkan briket mudah hancur setelah dicetak.
Setelah semua bahan dicampur hingga merata, tahap selanjutnya adalah pencetakan briket. Proses pencetakan dilakukan dengan menggunakan mesin press atau secara manual dengan cetakan khusus. Mesin press lebih sering digunakan dalam skala industri karena dapat menghasilkan briket dengan kepadatan tinggi dan ukuran yang seragam.
Pemadatan yang baik sangat penting karena menentukan daya tahan dan efisiensi pembakaran briket. Briket yang terlalu longgar akan mudah hancur saat digunakan, sedangkan briket yang terlalu padat bisa sulit menyala.
Setelah dicetak, briket masih mengandung kadar air yang cukup tinggi sehingga perlu dikeringkan terlebih dahulu. Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
Proses pengeringan ini sangat penting karena kadar air yang tinggi dapat mempengaruhi kualitas pembakaran briket. Briket yang terlalu basah akan menghasilkan asap berlebih dan sulit untuk menyala.
Briket kelapa memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan bahan bakar lainnya, seperti:
Keunggulan-keunggulan inilah yang membuat briket kelapa semakin banyak diminati baik di pasar lokal maupun internasional.
Briket kelapa merupakan alternatif bahan bakar yang berkualitas tinggi dengan bahan utama berupa tempurung kelapa. Kombinasi dengan tepung tapioka sebagai perekat dan air sebagai media pencampuran memastikan briket memiliki daya rekat yang kuat dan efisiensi pembakaran yang optimal. Melalui proses pemadatan dan pengeringan yang tepat, briket kelapa dapat digunakan sebagai sumber energi yang lebih bersih, tahan lama, serta ramah lingkungan. Dengan meningkatnya permintaan global, produksi briket kelapa bisa menjadi peluang bisnis yang menjanjikan.